Shasa melangkah menuju kelasnya di lantai dua dengan bersemangat. Hari masih pagi. Murid-murid sekolah dasar TUNAS belum banyak yang datang. Mendekati ruang kelasnya, tangannya meraba kantong kecil di bagian samping tas sekolahnya. Bibirnya tersenyum saat merasakan tonjolan kecil. Kado buat Nia yang sudah ia siapkan. Hmmm.. kira-kira bagaimana reaksi Nia bila menerimanya kelak ya?
“Naah.. Tuh, Shasa datang!”
Shasa yang baru saja masuk ke dalam kelas tertegun. Nia, Rara dan Fira tengah menatap kearahnya dari tempat duduk Nia.
“Kesini, Sha!” Panggil Rara yang pertama kali melihat kedatangannya.
Shasa mendekat dengan heran setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya. “Ada apa?” tanyanya.
“Ada kerjaan buat kamu,” kali ini Fira buka suara.
“Kerjaan?” Shasa jadi semakin bingung mendengarnya. Kenapa teman-temannya jadi membicarakan tentang pekerjaan? Memangnya kelas empat SD sudah boleh bekerja?
“Tadi pagi Nia mendapati kartu ini di laci mejanya,” Fira menjelaskan sambil menyodorkan sebuah kartu.
Shasa membolak-balikkan kartu itu. Sebuah kartu berukuran seperempat buku tulis. Sepertinya bukan kartu yang banyak dijual di toko-toko melainkan dibuat sendiri dari karton berwarna Ungu. Warna kesukaan Nia. Di depannya terdapat bunga-bunga kecil terbuat dari pita lengkap dengan daunnya yang dilekatkan dengan lem. Di bagian belakangnya terdapat gambar babi kecil yang lucu dengan ekornya yang melingkar.
“Wooii.. Jangan dibolak-balik saja. Baca dong tulisan di dalamnya,” kata Rara dengan gemas. Rupanya ia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkomentar melihat Shasa sejak tadi hanya membolak-balikkan kartu yang dipegangnya.
“Loh.. bilang dong dari tadi kalau aku harus membaca bagian dalamnya,” Shasa cekikikan. Rara cemberut. Shasa membuka kartu yang sejak tadi dipegangnya. Di bagian dalam kartu itu terdapat tulisan. Hurufnya kecil-kecil dan rapih.
nuhat gnalu tamales
kitnac habmat
aynnaritkart uggnutid
Shasa mengernyitkan kening. Ini bahasa apa ya? Pikir Shasa bingung. Bukan bahasa Inggris, bukan pula bahasa daerah. Hmmm.. bahasa yang aneh..
“Gimana, Sha?” tanya Rara.
“Apanya yang bagaimana?” Shasa balik bertanya.
“Ya ampun, Shasaaa…,” Rara berseru gemas. Bibirnya cemberut. Shasa tak dapat menahan cekikikannya.
“Maksud Rara, kamu mengerti tidak yang tertulis di kartu itu?” Fira buru-buru menengahi.
“Nggak,” Shasa menjawab polos. Matanya menatap satu persatu teman-temannya dengan pandangan tak bersalah.
“Katanya hobi baca buku misteri. Katanya ingin jadi detektif. Buktikan dong,” Rara mencibirkan bibirnya.
Shasa hanya tersenyum-senyum mendengar kata-kata Rara. “Oh.. jadi aku diminta memecahkan misteri kartu ucapan aneh ini,” Shasa mengangguk-anggukan kepala.
“Capek deehh..” Rara meletakkan sebelah tangannya di dahi. Nia dan Fira cekikikan melihatnya.
“Bagaimana sih ceritanya sampai kamu menemukan kartu ini?” tanya Shasa ingin tahu. Ditatapnya Nia dengan serius. Tanpa menunda-nunda, Nia segera menceritakan kisahnya.
Kalau mendengar cerita Nia, kartu ucapan itu memang misterius. Ketika tiba di kelas dan hendak memasukkan tas berisi baju olahraga ke dalam laci, Nia menemukan kartu itu. Tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada gambar babi kecil di bagian belakang amplop sama seperti yang ada dibagian belakang kartu.
Shasa memilin-milin rambutnya dengan jari tangannya. Kebiasaannya bila sedang berfikir. Hmmm.. benar-benar kartu ucapan yang misterius.
“Ketika aku tiba di kelas tadi pagi, baru Deden dan Oca yang sudah datang,” tambah Nia.
Shasa melemparkan pandangannya ke luar kelas. Dilihatnya kedua anak laki-laki yang namanya disebut oleh Nia sedang asyik bercengkerama di dekat pagar pembatas. Sepertinya tidak mungkin salah satu dari mereka yang menjadi pengirim kartu misterius. Keduanya bukan tipe yang peduli dengan ulang tahun teman mereka. Lagipula tulisan tangan mereka tidak mirip dengan tulisan yang ada di kartu.
“Nanti aku pikirkan deh, siapa tahu saat istirahat nanti aku mendapat wangsit. Lagipula sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi,” kata Shasa sambil melihat ke arah jam dinding yang ada di depan kelas. Mereka pun membubarkan diri dan menuju bangku masing-masing.
“Eh, kamu mau kemana?” tanya Rara ketika dilihatnya Shasa terburu-buru menuju pintu kelas saat bel istirahat berbunyi.
“Sebentar, aku mau ke ruang Tata Usaha dulu. Nanti aku segera kembali ke kelas,” Shasa menjawab sambil bergegas.
Aduh.. ramai sekali suasana saat istirahat. Shasa sampai harus berdesak-desakkan saat menuruni tangga. Selesai menyerahkan uang untuk membayar catering kepada petugas Tata Usaha, Shasa setengah berlari kembali menuju kelasnya. Mudah-mudahan nanti ia akan mendapatkan ide untuk memecahkan kata-kata misterius di kartu ucapan yang diterima Nia.
“Saking terburu-burunya, di ujung tangga Shasa nyaris bertabrakan dengan dua orang murid kelas tiga yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Kalau susu dibalik jadi apa, hayo?” salah seorang dari mereka bertanya
“Jadi usus,” jawab yang lainnya.
“Salah dong, yang benar itu susu dibalik jadi tumpah,” yang pertama bertanya menjelaskan.
Shasa tersenyum-senyum sendiri mendengarnya. Eh, nanti dulu.. apa tadi katanya? Dibalik?
Begitu tiba di kelas, Shasa segera mengambil kartu ucapan misterius yang sedang diperhatikan oleh Nia, Rara dan Fira. Dibawah tatapan heran teman-temannya, Shasa membaca kata-kata yang tertulis di kartu. Kalian penasaran bagaimana Shasa bisa membacanya? Coba deh dibalik. Naahh.. sudah bisa membacanya kan?
“Lantas siapa yang menulis kartu itu?” kejar Rara.
Belum juga Shasa menjawab, dari pintu kelas terdengar teriakan, “Niaaa.. Pulang sekolah traktir burger dong di kantin. Kamu ulang tahun kan hari ini?”
Seorang anak perempuan tersenyum lebar di pintu kelas. Rambutnya dikuncir dua. Ikat rambutnya berhiaskan boneka babi berwarna ungu. Tangannya membawa dompet kecil begambar babi dengan ekornya yang melingkar.
“Itu dia yang menulis kartu ucapan dengan gambar babi kecil,” Shasa menunjuk ke arah Ghina, sepupu Nia yang masih tersenyum.
Nia menepuk dahinya. “Kok aku tidak terfikir ke arah sana ya?” sesalnya. “Seharusnya aku ingat kalau Ghina itu mengoleksi pernak-pernik bergambar babi.”
“Hebat.. Shasa bisa memecahkan misteri kartu ucapan yang aneh,” puji Fira.
“Shasa gitu loh,” Shasa menjawab sambil mengedip-ngedipkan matanya.
“Huuu.. Narsis..!” ketiga temannya berseru serempak. Shasa tertawa-tawa. Diambilnya kado kecil yang sudah disiapkannya untuk Nia.
“Met ultah ya,” ucapnya sambil menyerahkan kado ke tangan Nia.
Buat kalian yang masih kesulitan membaca ucapan yang ada di kartu, yuk kita baca dari belakang ke depan.
selamat ulang tahun
tambah cantik
tambah pintar
ditunggu traktirannya
sumber dari : ceritaanak.org